PETA KONSEP

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Peta konsep yang direncanakan ini disusun di “belakang meja” mendasarkan displin ilmu (matematika) dan pengalaman kita. Ini berarti peta konsep yang kita susun masih hipotetik, karena masih belum tentu cocok dengan peta konsep yang akan tersusun dibenak siswa.
Kita menyadari bahwa kemampuan siswa berbeda dari aspek bahasa, kultur/budaya dan pengalaman. Padahal paham Konstrutivistik yang banyak dianut dalam pembelajaran masa kini, termasuk Indonesia ada trend ke RME. Walaupun demikian penyusunan peta kosep menyeluruh untuk matematika sekolah dari SD, SLTP, dan SMU masih baik karena berfungsi antara lain:
1.      Memberikan gambaran tentang kedalaman dan keluasan suatu konsep yang perlu diajarkan kepada siswa.
2.      Dapat diperlukan untuk menyiapkan aturan konsep-konsep dan pengorganisasian pembelajaran menjadi sistematik.
Dari uraian diatas sasaran uraian adalah peta kosep menyeluruh meliputi konsep kunci matematika sekolah dari tingkat SD, SLTP sampai SMU sehingga keterkaitan antar konsep matematika sekolah. 
B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana menerapkan peta konsep matematika disekolah?
C.    Tujuan
1.      Mendeskripsikan penerapan peta konsep dalam pembelajaran matematika.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Peta Konsep.
Struktur dan relasi matematika hukum atau aturan tertentu sehingga antar konsep-konsep dan prinsip-prinsip saling terkait. Keterkaitan antar konsep dan prinsip ini, kalau dipresentasikan bagaikan jaringan konsep. Jaringan konsep ini tidak akan terjadi secara acak, tetapi perlu dikonstruk. Jaringan konsep hasil dari konstruksi ini yang disebut dengan peta konsep.
Peta konsep ini pada prinsipnya berbeda dengan hirarki konsep, walaupun dalam matematika, hirarki konsep tidak bisa dihindari. Hirarki konsep menunjukkan bahwa sebelum suatu konsep disajikan, persyarat konsep tersebut harus dipahami oleh orang yang mempelajarinya. Ringkasannya pada konsep menunjukkan keterkaitan antar konsep sehingga terlihat menyeluruh bahan yang dipelajari menjadi konprehensif, sedangkan hirarki konsep dapat dilihat dari urutan penyajiannya dengan memperhatikan prasyarat konsep dengan konsep yang menjadi sasarannya.
Dalam psikologi belajar, peta konsep merupakan psikologi kognitif dan paham gestalist, sedangkan hirarki konsep merupakan paham behaviouristik. Paham gestalist berpendapat bahwa seluruh itu lebih dari pada sekedar jumlah bagian, sedangkan pemahaman beaviouristik menyatakan keseluruhan itu merupakan jumlah bagian.
Kedua paham tersebut nampak seperti “bertabrakan” walaupun dalam pembelajaran dapat saja dikombinasikan sehingga pembelajaran diharapkan menjadi efektif.
Sasaran dalam pembicaraan berikut ini dalah peta konsep matematika sekolah.
Peta konsep merupakan skema yang menggambarkan suatu himpuna konsep-konsep (termasuk teorema, prinsip sifat dan lain-lain) dengan maksud mengaitkan/menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan “proporsi-proporsi” (kata penghubung” agar menjadi jelas baik siswa maupun guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar (learning task) yang khusus. Bila urutan belajar terselesaikan siswa, siswa dapat merangkum dari apa yang telah dipelajari (Nosihdan Gowin dalam orton,1993). Uraian itu mengandung makan bahwa peta konsep itu merupakan jaringan konsep yang antara konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan proporsi.
Proporsi tersebut bisa berupa antara lain: mempunyai, adalah, merupakan, terdiri dari, mengandung berasal dari, yaitu, bersifat dan bahkan jika .... maka..... proporsi tersebut menunjukkan keterpaduan dalam jaringan konsep.
Contoh
Persamaan
 




Persamaan
Kuadrat
Persamaan
trigonometri
                                                               Terdiri dari
Persamaan
Linear  
 





B.     Kebermanfaatan dalam pembelajaran
1.      Dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajara menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang yelah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa (Ausubel, 11968)
2.      Keterkaitan antara konsep dapat diketahui baik siswa maupun guru. Ini berarti konsep menjadi tidak saling terisolasi yang sekaligus memberikan gambaran baik kedalaman maupun keluasan konsep yang akan dipelajari siswa.
3.      Dengan peta konsep dapat merimidi pemahaman terhadap suatu konsep yang sulit dipahami siswa karena guru dapat menelusuri konsep mana dalam jaringan tersebut yang belum dipahami siswa.
4.      Guru dan penulis buku ajar lebih mudah menyiapkan urutan pembelajaran dengan mengacu ke peta konsep yang disesuaikan dengan pengalamannya.
5.      Siswa mengerti keterkaitan antar konsep yang akan dipelajari dan akan lebih mudah merangkum setelah selesai pembelajaran.
6.      Siswa akan lebih kuat memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian “problem solving” diharapkan tidak menyulitkan siswa lagi.
7.      Barangkali dapat dipergunakan antara lain sebagai alat pengendali mutu pendidikan matematika sekolah.
C.    Beberapa Contoh Konsep
Dengan pengertian peta konsep yang telah dikemukakan diatas, berikut ini diperikan beberapa contoh konsep.
1.     
Segiempat
Segiempat.
Segiempat
Persegi panjang
Trapensium siku-siku
Trapensium samakaki
Jajagenjang
Belah ketupat
Trapensium
 







                                                                 
Persegi
 



Contoh membaca tanda
a.       Jika jajargenjang maka segiempat
b.      Jika jajagenjang maka trapensium
c.       Persegi dapat diartikan dari:
Persegi panjang, belah ketupat, trapensium siku-siku dan trapensium sama kaki. (adaptasi dari Hudoyo, 1998: 13)





D.    Langkah Penyusunan Pemetaan Konsep Matematika Sekolah
     1.     

     2.  Masing-masing komponen (bilangan, geometri & pengukuran dan sebagainya) didaftar tentang konsep-konsep kuncinya. Untuk mempermudah, dapat menggunakan buku teks, GBPP atau lainnya yang ada dan tentu saja perlu diseleksi atau dimodufukasi.
3.      Masing-masing konsep kunci dikaitkan dengan proporsi (kata penghubung) seperti: mempunyai, merupakan terdiri dari dan sebagainya. (peta konsep sementara).
4.      Konsep sementara dipilih unutk  SD, SLTP. Dan SMU dengan tetap dalam bentuk peta konsep.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peta konsep dalam pembelajaran dapat membantu siswa  untuk mempermudah konsep sulit dalam pembelajaran. Peta konsep yang kita buat juga harus sesuai dengan peta konsep yang ada dalam benak siswa.
B.          Saran
Dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan maupun kelemahan, untuk itu saya mengharapkan kritik maupun saran guna menyempurnakan makalah ini.

0 Comments